Monday 30 January 2012



Jakarta - Korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) bersama KontraS, menilai, kewibawaan politik Komnas HAM kian menurun, sebagaimana disampaikannya dalam sebuah surat terbuka.
Surat terbuka itu ditujukan kepada panitia seleksi calon anggota Komnas HAM 2012-2017, yang dibacakan korban dan keluarga korban pelanggaran HAM secara bergantian di Kantor KontraS, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (26/1).
Korban dan kekuarga korban yang membacakan surat tersebut, di antaranya; Sri korban tragedi 65, Muzain (65), Lestari (65), Bejo Untung (65), Eyang Mei (65), Tahrin (65), Sumarsih (tragedi Semanggi), Sanu (tragedi Mei 1998), Ko Seng Seng (pencemaran nama baik), Beni Biki (tragedi Tanjungpriok), Ruminah (tragedi Mei 1998), dan Saeful Hadi (tragedi Tanjungpriok).
"Menurunnya kewibawaan Komnas HAM terjadi lantaran tidak ada terobosan signifikan untuk kebuntuan penyelesaian peristiwa pelanggaran HAM masa lalu," ucap Sumarsih. Ia mengatakan, pada periode 2007-2012, tidak ada satu pun peristiwa pelanggaran berta HAM yang diselesaikan Komnas HAM.
Selain itu, penurunan terjadi lantaran Komnas HAM tidak mempunyai strategi penyelesaian konflik agraria. "Minim strategi untuk penyelesaian konflik-konflik agraria dan perlindungan kelompok minoritas," jelas Sri.
Terkait akan digelarnya seleksi anggota Komnas HAM periode 2012-2017, korban dan KontraS berharap, calon anggota Komnas HAM adalah orang-orang pilihan yang mempunyai integritas moral dan komitmen tinggi menegakan HAM.
"Kami berharap, Pansel mengutamakan calon yang memahami prinsip-prinsip dasar dan standar universal HAM dan berani menegakan HAM," ujar Ruminah.
Dijelaskanya, secara khusus, calon harus mempunyai visi atas berbagai kasus HAM yang belum terselesaikan dan pencegahan terjadinya pelanggaran HAM.
"Kami menghimbau, Pansel melakukan upaya proaktif mengajak pihak-pihak yang berkompeten," pungkasnya. [IS]

No comments:

Post a Comment