RIWAYAT HIDUP SINGKAT
CV singkat ini dimaksudkan sebagai « perkenalan diri », dengan
mencantumkan datadata
atau peristiwa (pengalaman) saya secara garis besar atau secara
pokok-pokok.
Berbagai informasi lainnya, disajikan dalam « Perjalanan hidup saya », yang
merupakan semacam auto-biografi.
MASA KECIL DAN MASA MUDA
Saya dilahirkan pada tanggal 26
Oktober 1928, di desa Pakis, dekat Tumpang, kota kecil
di dekat Malang (Jawa Timur). Bapak saya adalah seorang guru, tamatan Normaal School
di Blitar. Jadi, bolehlah dikatakan bahwa saya adalah seorang anak
yang semasa kecil,
dalam masa kolonial Belanda,
dibesarkan di lingkungan guru.
Tahun 1941. Sampai masuknya tentara pendudukan
Jepang dalam tahun 1941, belajar
di HIS (Hollandsch Inlandse School)
BLitar sampai tahun terakhir.
1941 - 1945. Selama pendudukan Jepang, belajar di
SMP Kediri (Baluwerti). Selama
belajar di SMP menjadi juara dalam
bahasa Jepang, di bawah pimpinan pak Suwandi
Tjitrowasito.
1945 - 1946. Menjelang akhir 1945 (November sampai
permulaan 1946) ikut dalam
pertempuran di Surabaya dan
sekitarnya. Sebagai anggota rombongan pemuda dikirim
oleh Kementerian Dalam Negeri RI ke
Sumatera.
1947- 1948. Melanjutkan sekolah di Taman Madya
(Taman Siswa) di Wirogunan
Jogyakarta.
1948 - 1949. Menjadi guru Sekolah Dasar di Malang
dan kemudian di Surabaya.
1949 (akhir). Meninggalkan Surabaya untuk
"merantau" ke Jakarta, dan bekerja di
sebuah hotel kecil (rumah penginapan) "Surakarta" di
Meester Cornelis (Jatinegara),
sambil memperdalam bahasa Inggris
1950. Menjadi penterjemah dalam United
States Naval Liaison Office di jalan Raden
Saleh Jakarta selama beberapa bulan
(pekerjaan penterjemahan dari bahasa Belanda ke
bahasa Inggris).
MEMASUKI DUNIA
JURNALISTIK
1950 - 1953. Bekerja di suratkabar
"Indonesia Raya" di bawah pimpinan Mohtar Lubis,
mula-mula sebagai korektor, kemudian
reporter kota, dan kemudian lagi menjadi
wartawan politik. Sebagai wartawan
perang (bersama dengan Subekti dari Pedoman dan
Idham Idris dari Kementerian
Penerangan) mengikuti operasi militer untuk
menghancurkan RMS dan mengikuti
pendaratan TNI di Tulehu (Ambon) dan pertempuran
benteng Paso. Bersama wartawan Beb
Vuyk (Pedoman) mengikuti missi Palang Merah
Indonesia untuk mendrop bantuan makanan dan pakaian ke pulau-pulau
Ceram, Buru,
Ambon, Banda, Aru, Kai, Tanimbar, Alor, Wetar, dan Flores.
1953. Untuk pertama kali ke luarnegeri
sebagai anggota delegasi Indonesia (merangkap
penterjemah) ke Konferensi
Internasional Hak-Hak Pemuda yang diselenggarakan di
Wina (Austria). Kemudian diteruskan
dengan kunjungan ke Moskow dan ke Tiongkok
untuk pertama kali, sebagai tamu dari
Gabungan Pemuda Seluruh Tiongkok. Kembali ke
Jakarta dengan kapal KPM
"Tjiluwah" bersama almarhum Asmu (dari BTI) yang menjadi
tamu pemerintah Tiongkok.
1953-1956. Bekerja di Harian Rakyat sebagai
wartawan. Mengikuti perjalanan Bung
Karno ke Indonesia Timur bersama
dengan Satyagraha (Suluh Indonesia) dan Bung
Tomo. Kunjungan ini dilakukan ke
Makasar, Ceram dan Ambon, Tual, Flores dan Timor
Barat (Atambua dan Atapupu). Dalam
tahun 1955, sebagai wartawan mengikuti
Konferensi Asia- Afrika di Bandung
dan membikin laporan-laporan tentang peristiwa
bersejarah ini.
1956. Berangkat ke Padang untuk memimpin
suratkabar Harian PENERANGAN, milik Lie
Oen Sam (ketua Baperki Padang). Jabatan ini disandang sampai tahun
1960. Selama itu
telah terjadi pemberontakan Dewan
Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein,
dan kemudian diproklamasikannya PRRI
di bawah Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Pekerjaan sebagai pimpinan redaksi
suratkabar di daerah pembrontakan dialami dengan
penuh bahaya.
1959. Menjalin perkawinan dengan seorang
gadis Minang dari Solok. Upacara
perkawinan diramaikan oleh undangan
dari Gubernur Sumatera Barat Kaharudin Datuk
Rangkajo Basa dan Penguasa Perang
Daerah (Peperda) dan Masyarakat Adat Sumatra
Barat.
EKONOMI NASIONAL, PWI
PUSAT DAN PWAA
1960. Mendapat tawaran untuk memimpin
suratkabar EKONOMI NASIONAL yang terbit
di Jakarta. Sejak itu, keluarga dipindah semuanya ke Jakarta.
1962. Sebagai anggota delegasi ke Kongres
International Organisation of Journalists
(IOJ) di Budapest, bersama S. Tahsin, Hasyim Rahman, Tom Anwar
(dari Bintang Timur)
dan Koerwet Kartaadiredja (INPS). Di
Budapest inilah terkumpul tandatangan dari
banyak delegasi wartawan
negeri-negeri Asia-Afrika, untuk menyelenggarakan
Konferensi Wartawan Asia- Afrika
(KWAA) di Indonesia.
1962. Setelah selesai kongres IOJ di
Budapest, dengan S. Tahsin berkunjung ke
Tiongkok sebagai tamu Persatuan Wartawan Seluruh Tiongkok (All
China Journalists
Association) untuk membicarakan penyelenggaraan KWAA (Konferensi
Wartawan Asia-
Afrika) di Jakarta. Di Peking bertemu
dengan Menteri Luarnegeri Chen Yi.
1962 (akhir). Sekembali dari Tiongkok, bersama-sama
dengan teman-teman wartawan
lainnya, membentuk Panitia Persiapan KWAA. Saya terpilih sebagai
Bendahara Panitia
Pusat KWAA. Ikut dalam delegasi untuk bertemu dengan Bung Karno guna
membicarakan peneyelenggaraan KWAA
dalam tahun 1963.
1962 (sampai 1965). Sering menerima undangan untuk
menghadiri pameran-pamerah
dagang internasional yang
diselenggarakan di Brno (Cekoslowakia), Plovdiv (Bulgaria),
Leipzig (Jerman Timur), Poznan (Polandia). Juga memenuhi undangan dari Bremen
(Bremen Tabakbeurse), kementerian
luarnegeri Inggris.
KEGIATAN INTERNASIONAl
1963. Bersama-sama dengan Karim. DP, Mahbub
Djunaedi (Duta Masyarakat), Suhardi
(Suluh Indonesia) mengikuti rombongan perjalanan Presiden Sukarno
dalam kunjungan
kenegaraan beliau ke Manila, Pnompenh, dan kemudian Tokio
(kunjungan privé). Di
Manila bertemu dengan Presiden Philipina Diosdadong Macapagal dan
Pangeran Norodom
Sihanouk di Pnompenh. Para wartawan yang ikut dalam rombongan
Presiden Sukarno ini
diberi medali mas oleh Ratu Kosamak
(ibusuri Pangeran Sihanouk).
1963. Berbulan-bulan melakukan kegiatan
untuk persiapan dan kemudian
penyelenggaraan KWAA yang bersejarah,
yang berlangsung di Hotel Indonesia dan
Presshouse (Wisma Warta) di Jakarta.
Setelah terbentuk PWAA (Persatuan Wartawan
Asia- Afrika), yang dipimpîn oleh
Djawoto, saya dipilih sebagai Bendahara merangkap
sebagai anggota Sekretariat PWAA.
Setelah Djawoto diangkat oleh Bung Karno sebagai
Dubes RI di Peking, Joesoef Isak
menggantikannya sebagai sekretaris jenderal PWAA.
1963. Dalam kongres PWI di Jakarta,
dipilih sebagai Bendahara PWI Pusat, yang
dipimpin oleh Karim D.P (dari Warta
Bhakti) sebagai Ketua. Berbagai jabatan ini
dirangkap sambil meneruskan tugas
sebagai pimpinan redaksi EKONOMI NASIONAL dan
mengajar di Akademi Jurnalistik Dr
Rivai (Jakarta).
1963. Menghadiri konferensi internasional
anti-bom nuklir di Hiroshima dan berkunjung
ke Hanoi untuk pertama kali. Bertemu
dengan Presiden Ho Chi Minh, bersama-sama
dengan anggota delegasi Indonesia lainnya.
1964. Keliling negeri-negeri Arab (Irak,
Mesir dan Siria) dan Afrika Timur (Kenya,
Uganda, Tanzania, Zanzibar, Somalia, Sudan), sebagai anggota
delegasi PWAA.
1965 (permulaan). Berangkat ke Aljazair untuk
menghadiri Konferensi AAPSO (Afro-
Asian People's Solidarity Organisation). Dari Paris, ikut dalam
pesawat terbang
kepresidenan, ketika Bung Karno
kembali dari perjalanan beliau ke Afrika.
1965 (14 September). Meninggalkan Jakarta sebagai anggota
delegasi grup IOJ
(International Organisation of Journalists) yang mengadakan
konferensi internasional di
Santiago (Chili). Dalam delegasi ini terdapat Francisca Fangiday sebagai
wakil Harian
Rakyat. Sehabis konferensi IOJ di Santiago mendapat tugas untuk
singgah di Aljazair
guna merundingkan persiapan
penyelenggaraan KWAA ke-II di Alger.
SESUDAH PERISTIWA G30S KE TIONGKOK
1965 (permulaan Oktober). Mendengar dari KBRI di Alger bahwa
terjadi G30S. Karena
kemudian mendengar bahwa suratkabar
EKONOMI NASIONAL bersama-sama Harian
Rakyat, Wartabhakti, Bintang Timur,
Suluh Indionesia dilarang terbit, maka saya
memutuskan untuk tidak segera kembali
ke Jakarta, sambil menunggu perkembangan
lebih lanjut.
1965 (Oktober-November). Setelah menunggu agak lama di Alger
dan di Paris,
memutuskan untuk menggabungkan diri
dengan delegasi Indonesia yang sedang
berkunjung ke Tiongkok dalam rangka
Hari Nasional Tiongkok 1 Oktober.
1965 (November). Datang di Peking dan bergabung dengan
delegasi wartawan
Indonesia (yang dipimpin Supeno dari Antara). Kemudian, setelah
PWAA dipindah dari
Jakarta ke Peking, maka saya bekerja kembali di Sekretariat PWAA,
di bawah pimpinan
Djawoto (yang menyatakan diri meletakkan jabatannya sebagai
Dutabesar RI untuk
Tiongkok). Pekerjaan sebagai kepala Sekretariat PWAA, di bawah
pimpinan Djawoto
(yang menjabat kembali sebagai Sekjen PWAA), berlangsung sampai
saya meninggalkan
Peking.
1966. (Permulaan). IKut
sebagai anggota delegasi Indonesia dalam konferensi
Trikontinental yang diselenggarakan di Havana (Kuba). Delegasi
yang dipimpin oleh
Ibrahim Isa ini merupakan delegasi tandingan yang dikirim oleh
Jakarta (di bawah
Kolonel Latief Hendraningrat). Selama di Havana delegasi Indonesia
mendapat
kehormatan dari Fidel Castro yang datang ke hotel tempat menginap
kami, untuk bicarabicara
tentang situasi Indonesia, tentang terjadinya G30S dan terbunuhnya
begitu
banyak orang oleh militernya Suharto.
1967. Sebagai anggota delegasi PWAA,
berkunjung ke berbagai negeri Arab dan Afrika
Barat, untuk membicarakan kerjasama
dengan persatuan-persatuan wartawan di negeri
: Siria, Mesir, Aljazair, Senegal, Mali, Guinea, Siera Leone dan
Conggo Brazaville.
1971 - 1973 (permulaan). Bersama-sama
banyak kawan-kawan Indonesia lainnya,
hidup dalam tempat penampungan sementara di satu daerah di
propinsi Jiangxi. Di
antara banyak kegiatan selama di tempat penampungan sementara ini,
ikut dalam
menyelenggarakan penerbitan intern "Bahan Pertimbangan" yang
berisi berita-berita dan
informasi tentang situasi di Indonesia waktu itu.
Akhir 1973 sampai permulaan 1974. Meninggalkan Tiongkok menuju
Rumania,
Jugoslavia, dan kemudian Jerman
Barat, dalam rangka mencari jalan untuk bisa menetap
di Prancis.
SUAKA POLITIK DAN
KEHIDUPAN DI PRANCIS
1974 (bulan April). Terbang dari Jerman Barat menuju
Paris, dan menyatakan di
lapangan terbang Paris minta suaka
politik di Prancis. Sejak datang ke Paris, langsung
mengadakan kontak-kontak persahabatan
dengan berbagai kalangan Prancis, dalam
rangka usaha mencari pekerjaan sambil
melakukan berbagai kegiatan. Memperdalam
bahasa Prancis lewat kursus-kursus di
Sorbonne.
1975 - sampai Mei 1982. Bekerja sebagai pegawai di suatu badan Kementerian
Pertanian Prancis. Pekerjaan di Kementerian Pertanian ini
merupakan periode adaptasi
yang penting dalam kehidupan baru di Paris. Selama itu, melakukan
berbagai kegiatan
mengenai soal-soal yang berkaitan dengan situasi di Indonesia,
terutama mengenai tapol
dan hak-hak manusia. Dalam periode ini, sering mondar-mandir ke
Holland, Jerman
Barat dan Swiss untuk membantu kedatangan sejumlah kawan-kawan
yang datang dari
Tiongkok, Albania dan lain-lain negeri, yang ingin menetap di
Eropa Barat.
1976. Menjadi peserta Konferensi Nasional
CCFD (Comite Catholique contre Faim pour
Developpement), suatu organisasi besar di Prancis yang membantu
Dunia Ketiga. Dalam
tahun ini juga bertemu untuk pertama
kali dengan Jose Ramos Horta (dari Timor Timur)
di Holland, dan kemudian mendirikan
di Paris organisasi ASTO (Association de Solidarité
avec Timor Oriental) bersama-sama
dengan sejumlah teman-teman Prancis. ASTO ini
sampai sekarang masih berdiri (sudah
lebih dari 35 tahun).
1977. Untuk pertama kali sejak meninggalkan
Jakarta (14 September 1965) bisa
berhubungan lewat telpon dengan istri
saya (yang tinggal di Jakarta), berkat bantuan
kawan lama saya, Bung Joesoef Isak.
Kemudian, dalam tahun 1978, sesudah berpisah
tanpa surat-menyurat selama kira-kira
13 tahun, istri saya berkunjung sebentar ke Paris.
Sejak itu, diadakan
persiapan-persiapan untuk berkumpulnya kembali seluruh keluarga
(dengan dua anak laki-laki).
1978. Mendirikan Komite Tapol di Paris
bersama Philippe FARINE (pimpinan CCFD), yang
kemudian berhasil mengumpulkan tandatangan dari berbagai tokoh penting
Partai
Sosialis Prancis untuk rehabilitasi para ex-tapol dan juga tentang
larangan buku
Pramoedya. Menerbitkan majalah dalam bahasa Prancis tentang HAM di
Indonesia.
RESTORAN "INDONESIA" DAN CHINE
EXPRESS DLL
1982 (Mei). Menyatakan mengundurkan diri secara
sukarela dari pekerjaan di
Kementerian Pertanian Prancis, dengan tujuan untuk mencurahkan
tenaga dan waktu
guna berdirinya suatu usaha kolektif bagi kehidupan kawan-kawan
Indonesia (political
refugees) yang berdatangan dari Tiongkok, Albania dan lain-lain
negeri.
1982 (Desember). Saya
mendirikan Restoran "INDONESIA" (yang berstatus koperasi)
bersama-sama dengan 4 kawan Prancis dan 3 kawan Indonesia (Budiman
Sudharsono,
Sobron Aidit dan Emil Kusni). Selama beberapa tahun ikut mengelola
dan bekerja di
restoran kolektif ini, sambil
melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan politik lainnya
(antara lain : mengadakan "malam Indonesia", rapat-rapat
tentang soal Indonesia dll).
1986 (sampai 1996). Menerbitkan majalah ekonomi dalam
bahasa Prancis "Chine
Express", yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan Prancis
yang ingin
berhubungan dengan pasaran Tiongkok.
Selama sepuluh tahun penerbitan ini dilakukan
sendirian (tanpa pegawai atau pembantu).
1987. Sebagai anggota delegasi CCFD untuk
evaluasi projek kerjasama dengan satu
universitas Korea Utara (Wonsan), dan
kemudian diteruskan ke Tiongkok untuk
dimulainya hubungan antara CCFD dengan CAFIU (Chinese Association
For International
Understanding).
1996. Untuk pertama kalinya (sejak 1965)
berkunjung ke Indonesia, dengan
menggunakan paspor Prancis. Karena
regime Orde Baru masih berkuasa, maka
hubungan dengan keluarga dan
kawan-kawan di Indonesia masih dilakukan dengan
sangat hati-hati, waktu itu.
1998. Memutuskan untuk menghentikan
penerbitan majalah bulanan Chine Express, dan
mengambil masa pensiun, sampai
sekarang. Namun, walaupun sudah pensiun, masih
tetap terus menjadi anggota koperasi
Fraternité (restoran INDONESIA) dan masih terus
melakukan berbagai kegiatan sosial
dan politik, yang bersangkutan dengan Indonesia.
Sejak 1997, setiap tahun pergi berkunjung ke
Indonesian untuk hubungan dengan
berbagai organisasi dan perseorangan
di Indonesia. Beberapa kali ikut dalam konferensi
yang diadakan oleh INFID (di Bogor
dan di Bali). Menjalin kerjasama dengan berbagai
LSM di Indonesia dalam berbagai
bidang.
SUDAH PENSIUN, TETAPI TETAP SIBUK
2000. Menjadi anggota rombongan Mme
Danielle MITTERRAND (istri mendiang Presiden
Prancis, François MITTERRAND) yang berkunjunhg ke Indonesia untuk
mengadakan
kontak dengan para ex-tapol (Yayasannya Ibu Sulami dll).
2001. Menjadi anggota pengurus CDI (Comité
pour la Démocratie en Indonésie), yang
didirikan bersama-sama dengan
teman-teman Indonesia dan Prancis. Dalam CDI ini
terdapat orang-orang dari Partai
Sosialis, Partai Hijau, Partai Komunis dan perseorangan.
CDI sudah mengadakan kerjasama dengan
berbagai kalangan di Indonesia.
Mei 2002. Sebagai anggota delegasi ASTO
berkunjung ke Timor Timur, dalam rangka
perayaan Hari Kemerdekaan Timor Leste
di Dili, yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2002.
Pada saat itu, telah bertemu kembali
dengan sahabat-sahabat lama, antara lain : Mari
Alketiri (Perdana Menteri)i, Rogerio
Lobato (Menteri Dalamnegeri), Roque Rodriguez
(Menteri Pertahanan), Jose Ramos
Horta (Menteri Luarnegeri).
* * *
Sekarang, dalam kehidupan sederhana
di Prancis, tetap berusaha untuk bisa berbuat
sesuatu untuk Indonesia. Masih
berusaha terus untuk menulis, dan meneruskan
hubungan dengan berbagai kalangan di
Indonesia, dalam rangka perjuangan bersama
untuk menegakkan demokrasi, membela
HAM, dan ikut dalam gerakan untuk terus
mendorong
adanya perobahan-perobahan demi kepentingan rakyat banyak