Monday 31 October 2011

RIWAYAT HIDUP A. UMAR SAID


RIWAYAT HIDUP SINGKAT
CV singkat ini dimaksudkan sebagai « perkenalan diri », dengan mencantumkan datadata
atau peristiwa (pengalaman) saya secara garis besar atau secara pokok-pokok.
Berbagai informasi lainnya, disajikan dalam « Perjalanan hidup saya », yang
merupakan semacam auto-biografi.
MASA KECIL DAN MASA MUDA
Saya dilahirkan pada tanggal 26 Oktober 1928, di desa Pakis, dekat Tumpang, kota kecil
di dekat Malang (Jawa Timur). Bapak saya adalah seorang guru, tamatan Normaal School
di Blitar. Jadi, bolehlah dikatakan bahwa saya adalah seorang anak yang semasa kecil,
dalam masa kolonial Belanda, dibesarkan di lingkungan guru.
Tahun 1941. Sampai masuknya tentara pendudukan Jepang dalam tahun 1941, belajar
di HIS (Hollandsch Inlandse School) BLitar sampai tahun terakhir.
1941 - 1945. Selama pendudukan Jepang, belajar di SMP Kediri (Baluwerti). Selama
belajar di SMP menjadi juara dalam bahasa Jepang, di bawah pimpinan pak Suwandi
Tjitrowasito.
1945 - 1946. Menjelang akhir 1945 (November sampai permulaan 1946) ikut dalam
pertempuran di Surabaya dan sekitarnya. Sebagai anggota rombongan pemuda dikirim
oleh Kementerian Dalam Negeri RI ke Sumatera.
1947- 1948. Melanjutkan sekolah di Taman Madya (Taman Siswa) di Wirogunan
Jogyakarta.
1948 - 1949. Menjadi guru Sekolah Dasar di Malang dan kemudian di Surabaya.
1949 (akhir). Meninggalkan Surabaya untuk "merantau" ke Jakarta, dan bekerja di
sebuah hotel kecil (rumah penginapan) "Surakarta" di Meester Cornelis (Jatinegara),
sambil memperdalam bahasa Inggris
1950. Menjadi penterjemah dalam United States Naval Liaison Office di jalan Raden
Saleh Jakarta selama beberapa bulan (pekerjaan penterjemahan dari bahasa Belanda ke
bahasa Inggris).
MEMASUKI DUNIA JURNALISTIK
1950 - 1953. Bekerja di suratkabar "Indonesia Raya" di bawah pimpinan Mohtar Lubis,
mula-mula sebagai korektor, kemudian reporter kota, dan kemudian lagi menjadi
wartawan politik. Sebagai wartawan perang (bersama dengan Subekti dari Pedoman dan
Idham Idris dari Kementerian Penerangan) mengikuti operasi militer untuk
menghancurkan RMS dan mengikuti pendaratan TNI di Tulehu (Ambon) dan pertempuran
benteng Paso. Bersama wartawan Beb Vuyk (Pedoman) mengikuti missi Palang Merah
Indonesia untuk mendrop bantuan makanan dan pakaian ke pulau-pulau Ceram, Buru,
Ambon, Banda, Aru, Kai, Tanimbar, Alor, Wetar, dan Flores.
1953. Untuk pertama kali ke luarnegeri sebagai anggota delegasi Indonesia (merangkap
penterjemah) ke Konferensi Internasional Hak-Hak Pemuda yang diselenggarakan di
Wina (Austria). Kemudian diteruskan dengan kunjungan ke Moskow dan ke Tiongkok
untuk pertama kali, sebagai tamu dari Gabungan Pemuda Seluruh Tiongkok. Kembali ke
Jakarta dengan kapal KPM "Tjiluwah" bersama almarhum Asmu (dari BTI) yang menjadi
tamu pemerintah Tiongkok.
1953-1956. Bekerja di Harian Rakyat sebagai wartawan. Mengikuti perjalanan Bung
Karno ke Indonesia Timur bersama dengan Satyagraha (Suluh Indonesia) dan Bung
Tomo. Kunjungan ini dilakukan ke Makasar, Ceram dan Ambon, Tual, Flores dan Timor
Barat (Atambua dan Atapupu). Dalam tahun 1955, sebagai wartawan mengikuti
Konferensi Asia- Afrika di Bandung dan membikin laporan-laporan tentang peristiwa
bersejarah ini.
1956. Berangkat ke Padang untuk memimpin suratkabar Harian PENERANGAN, milik Lie
Oen Sam (ketua Baperki Padang). Jabatan ini disandang sampai tahun 1960. Selama itu
telah terjadi pemberontakan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein,
dan kemudian diproklamasikannya PRRI di bawah Mr. Syafruddin Prawiranegara.
Pekerjaan sebagai pimpinan redaksi suratkabar di daerah pembrontakan dialami dengan
penuh bahaya.
1959. Menjalin perkawinan dengan seorang gadis Minang dari Solok. Upacara
perkawinan diramaikan oleh undangan dari Gubernur Sumatera Barat Kaharudin Datuk
Rangkajo Basa dan Penguasa Perang Daerah (Peperda) dan Masyarakat Adat Sumatra
Barat.
EKONOMI NASIONAL, PWI PUSAT DAN PWAA
1960. Mendapat tawaran untuk memimpin suratkabar EKONOMI NASIONAL yang terbit
di Jakarta. Sejak itu, keluarga dipindah semuanya ke Jakarta.
1962. Sebagai anggota delegasi ke Kongres International Organisation of Journalists
(IOJ) di Budapest, bersama S. Tahsin, Hasyim Rahman, Tom Anwar (dari Bintang Timur)
dan Koerwet Kartaadiredja (INPS). Di Budapest inilah terkumpul tandatangan dari
banyak delegasi wartawan negeri-negeri Asia-Afrika, untuk menyelenggarakan
Konferensi Wartawan Asia- Afrika (KWAA) di Indonesia.
1962. Setelah selesai kongres IOJ di Budapest, dengan S. Tahsin berkunjung ke
Tiongkok sebagai tamu Persatuan Wartawan Seluruh Tiongkok (All China Journalists
Association) untuk membicarakan penyelenggaraan KWAA (Konferensi Wartawan Asia-
Afrika) di Jakarta. Di Peking bertemu dengan Menteri Luarnegeri Chen Yi.
1962 (akhir). Sekembali dari Tiongkok, bersama-sama dengan teman-teman wartawan
lainnya, membentuk Panitia Persiapan KWAA. Saya terpilih sebagai Bendahara Panitia
Pusat KWAA. Ikut dalam delegasi untuk bertemu dengan Bung Karno guna
membicarakan peneyelenggaraan KWAA dalam tahun 1963.
1962 (sampai 1965). Sering menerima undangan untuk menghadiri pameran-pamerah
dagang internasional yang diselenggarakan di Brno (Cekoslowakia), Plovdiv (Bulgaria),
Leipzig (Jerman Timur), Poznan (Polandia). Juga memenuhi undangan dari Bremen
(Bremen Tabakbeurse), kementerian luarnegeri Inggris.
KEGIATAN INTERNASIONAl
1963. Bersama-sama dengan Karim. DP, Mahbub Djunaedi (Duta Masyarakat), Suhardi
(Suluh Indonesia) mengikuti rombongan perjalanan Presiden Sukarno dalam kunjungan
kenegaraan beliau ke Manila, Pnompenh, dan kemudian Tokio (kunjungan privé). Di
Manila bertemu dengan Presiden Philipina Diosdadong Macapagal dan Pangeran Norodom
Sihanouk di Pnompenh. Para wartawan yang ikut dalam rombongan Presiden Sukarno ini
diberi medali mas oleh Ratu Kosamak (ibusuri Pangeran Sihanouk).
1963. Berbulan-bulan melakukan kegiatan untuk persiapan dan kemudian
penyelenggaraan KWAA yang bersejarah, yang berlangsung di Hotel Indonesia dan
Presshouse (Wisma Warta) di Jakarta. Setelah terbentuk PWAA (Persatuan Wartawan
Asia- Afrika), yang dipimpîn oleh Djawoto, saya dipilih sebagai Bendahara merangkap
sebagai anggota Sekretariat PWAA. Setelah Djawoto diangkat oleh Bung Karno sebagai
Dubes RI di Peking, Joesoef Isak menggantikannya sebagai sekretaris jenderal PWAA.
1963. Dalam kongres PWI di Jakarta, dipilih sebagai Bendahara PWI Pusat, yang
dipimpin oleh Karim D.P (dari Warta Bhakti) sebagai Ketua. Berbagai jabatan ini
dirangkap sambil meneruskan tugas sebagai pimpinan redaksi EKONOMI NASIONAL dan
mengajar di Akademi Jurnalistik Dr Rivai (Jakarta).
1963. Menghadiri konferensi internasional anti-bom nuklir di Hiroshima dan berkunjung
ke Hanoi untuk pertama kali. Bertemu dengan Presiden Ho Chi Minh, bersama-sama
dengan anggota delegasi Indonesia lainnya.
1964. Keliling negeri-negeri Arab (Irak, Mesir dan Siria) dan Afrika Timur (Kenya,
Uganda, Tanzania, Zanzibar, Somalia, Sudan), sebagai anggota delegasi PWAA.
1965 (permulaan). Berangkat ke Aljazair untuk menghadiri Konferensi AAPSO (Afro-
Asian People's Solidarity Organisation). Dari Paris, ikut dalam pesawat terbang
kepresidenan, ketika Bung Karno kembali dari perjalanan beliau ke Afrika.
1965 (14 September). Meninggalkan Jakarta sebagai anggota delegasi grup IOJ
(International Organisation of Journalists) yang mengadakan konferensi internasional di
Santiago (Chili). Dalam delegasi ini terdapat Francisca Fangiday sebagai wakil Harian
Rakyat. Sehabis konferensi IOJ di Santiago mendapat tugas untuk singgah di Aljazair
guna merundingkan persiapan penyelenggaraan KWAA ke-II di Alger.
SESUDAH PERISTIWA G30S KE TIONGKOK
1965 (permulaan Oktober). Mendengar dari KBRI di Alger bahwa terjadi G30S. Karena
kemudian mendengar bahwa suratkabar EKONOMI NASIONAL bersama-sama Harian
Rakyat, Wartabhakti, Bintang Timur, Suluh Indionesia dilarang terbit, maka saya
memutuskan untuk tidak segera kembali ke Jakarta, sambil menunggu perkembangan
lebih lanjut.
1965 (Oktober-November). Setelah menunggu agak lama di Alger dan di Paris,
memutuskan untuk menggabungkan diri dengan delegasi Indonesia yang sedang
berkunjung ke Tiongkok dalam rangka Hari Nasional Tiongkok 1 Oktober.
1965 (November). Datang di Peking dan bergabung dengan delegasi wartawan
Indonesia (yang dipimpin Supeno dari Antara). Kemudian, setelah PWAA dipindah dari
Jakarta ke Peking, maka saya bekerja kembali di Sekretariat PWAA, di bawah pimpinan
Djawoto (yang menyatakan diri meletakkan jabatannya sebagai Dutabesar RI untuk
Tiongkok). Pekerjaan sebagai kepala Sekretariat PWAA, di bawah pimpinan Djawoto
(yang menjabat kembali sebagai Sekjen PWAA), berlangsung sampai saya meninggalkan
Peking.
1966. (Permulaan). IKut sebagai anggota delegasi Indonesia dalam konferensi
Trikontinental yang diselenggarakan di Havana (Kuba). Delegasi yang dipimpin oleh
Ibrahim Isa ini merupakan delegasi tandingan yang dikirim oleh Jakarta (di bawah
Kolonel Latief Hendraningrat). Selama di Havana delegasi Indonesia mendapat
kehormatan dari Fidel Castro yang datang ke hotel tempat menginap kami, untuk bicarabicara
tentang situasi Indonesia, tentang terjadinya G30S dan terbunuhnya begitu
banyak orang oleh militernya Suharto.
1967. Sebagai anggota delegasi PWAA, berkunjung ke berbagai negeri Arab dan Afrika
Barat, untuk membicarakan kerjasama dengan persatuan-persatuan wartawan di negeri
: Siria, Mesir, Aljazair, Senegal, Mali, Guinea, Siera Leone dan Conggo Brazaville.
1971 - 1973 (permulaan). Bersama-sama banyak kawan-kawan Indonesia lainnya,
hidup dalam tempat penampungan sementara di satu daerah di propinsi Jiangxi. Di
antara banyak kegiatan selama di tempat penampungan sementara ini, ikut dalam
menyelenggarakan penerbitan intern "Bahan Pertimbangan" yang berisi berita-berita dan
informasi tentang situasi di Indonesia waktu itu.
Akhir 1973 sampai permulaan 1974. Meninggalkan Tiongkok menuju Rumania,
Jugoslavia, dan kemudian Jerman Barat, dalam rangka mencari jalan untuk bisa menetap
di Prancis.
SUAKA POLITIK DAN KEHIDUPAN DI PRANCIS
1974 (bulan April). Terbang dari Jerman Barat menuju Paris, dan menyatakan di
lapangan terbang Paris minta suaka politik di Prancis. Sejak datang ke Paris, langsung
mengadakan kontak-kontak persahabatan dengan berbagai kalangan Prancis, dalam
rangka usaha mencari pekerjaan sambil melakukan berbagai kegiatan. Memperdalam
bahasa Prancis lewat kursus-kursus di Sorbonne.
1975 - sampai Mei 1982. Bekerja sebagai pegawai di suatu badan Kementerian
Pertanian Prancis. Pekerjaan di Kementerian Pertanian ini merupakan periode adaptasi
yang penting dalam kehidupan baru di Paris. Selama itu, melakukan berbagai kegiatan
mengenai soal-soal yang berkaitan dengan situasi di Indonesia, terutama mengenai tapol
dan hak-hak manusia. Dalam periode ini, sering mondar-mandir ke Holland, Jerman
Barat dan Swiss untuk membantu kedatangan sejumlah kawan-kawan yang datang dari
Tiongkok, Albania dan lain-lain negeri, yang ingin menetap di Eropa Barat.
1976. Menjadi peserta Konferensi Nasional CCFD (Comite Catholique contre Faim pour
Developpement), suatu organisasi besar di Prancis yang membantu Dunia Ketiga. Dalam
tahun ini juga bertemu untuk pertama kali dengan Jose Ramos Horta (dari Timor Timur)
di Holland, dan kemudian mendirikan di Paris organisasi ASTO (Association de Solidarité
avec Timor Oriental) bersama-sama dengan sejumlah teman-teman Prancis. ASTO ini
sampai sekarang masih berdiri (sudah lebih dari 35 tahun).
1977. Untuk pertama kali sejak meninggalkan Jakarta (14 September 1965) bisa
berhubungan lewat telpon dengan istri saya (yang tinggal di Jakarta), berkat bantuan
kawan lama saya, Bung Joesoef Isak. Kemudian, dalam tahun 1978, sesudah berpisah
tanpa surat-menyurat selama kira-kira 13 tahun, istri saya berkunjung sebentar ke Paris.
Sejak itu, diadakan persiapan-persiapan untuk berkumpulnya kembali seluruh keluarga
(dengan dua anak laki-laki).
1978. Mendirikan Komite Tapol di Paris bersama Philippe FARINE (pimpinan CCFD), yang
kemudian berhasil mengumpulkan tandatangan dari berbagai tokoh penting Partai
Sosialis Prancis untuk rehabilitasi para ex-tapol dan juga tentang larangan buku
Pramoedya. Menerbitkan majalah dalam bahasa Prancis tentang HAM di Indonesia.
RESTORAN "INDONESIA" DAN CHINE EXPRESS DLL
1982 (Mei). Menyatakan mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaan di
Kementerian Pertanian Prancis, dengan tujuan untuk mencurahkan tenaga dan waktu
guna berdirinya suatu usaha kolektif bagi kehidupan kawan-kawan Indonesia (political
refugees) yang berdatangan dari Tiongkok, Albania dan lain-lain negeri.
1982 (Desember). Saya mendirikan Restoran "INDONESIA" (yang berstatus koperasi)
bersama-sama dengan 4 kawan Prancis dan 3 kawan Indonesia (Budiman Sudharsono,
Sobron Aidit dan Emil Kusni). Selama beberapa tahun ikut mengelola dan bekerja di
restoran kolektif ini, sambil melakukan kegiatan-kegiatan sosial dan politik lainnya
(antara lain : mengadakan "malam Indonesia", rapat-rapat tentang soal Indonesia dll).
1986 (sampai 1996). Menerbitkan majalah ekonomi dalam bahasa Prancis "Chine
Express", yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan Prancis yang ingin
berhubungan dengan pasaran Tiongkok. Selama sepuluh tahun penerbitan ini dilakukan
sendirian (tanpa pegawai atau pembantu).
1987. Sebagai anggota delegasi CCFD untuk evaluasi projek kerjasama dengan satu
universitas Korea Utara (Wonsan), dan kemudian diteruskan ke Tiongkok untuk
dimulainya hubungan antara CCFD dengan CAFIU (Chinese Association For International
Understanding).
1996. Untuk pertama kalinya (sejak 1965) berkunjung ke Indonesia, dengan
menggunakan paspor Prancis. Karena regime Orde Baru masih berkuasa, maka
hubungan dengan keluarga dan kawan-kawan di Indonesia masih dilakukan dengan
sangat hati-hati, waktu itu.
1998. Memutuskan untuk menghentikan penerbitan majalah bulanan Chine Express, dan
mengambil masa pensiun, sampai sekarang. Namun, walaupun sudah pensiun, masih
tetap terus menjadi anggota koperasi Fraternité (restoran INDONESIA) dan masih terus
melakukan berbagai kegiatan sosial dan politik, yang bersangkutan dengan Indonesia.
Sejak 1997, setiap tahun pergi berkunjung ke Indonesian untuk hubungan dengan
berbagai organisasi dan perseorangan di Indonesia. Beberapa kali ikut dalam konferensi
yang diadakan oleh INFID (di Bogor dan di Bali). Menjalin kerjasama dengan berbagai
LSM di Indonesia dalam berbagai bidang.
SUDAH PENSIUN, TETAPI TETAP SIBUK
2000. Menjadi anggota rombongan Mme Danielle MITTERRAND (istri mendiang Presiden
Prancis, François MITTERRAND) yang berkunjunhg ke Indonesia untuk mengadakan
kontak dengan para ex-tapol (Yayasannya Ibu Sulami dll).
2001. Menjadi anggota pengurus CDI (Comité pour la Démocratie en Indonésie), yang
didirikan bersama-sama dengan teman-teman Indonesia dan Prancis. Dalam CDI ini
terdapat orang-orang dari Partai Sosialis, Partai Hijau, Partai Komunis dan perseorangan.
CDI sudah mengadakan kerjasama dengan berbagai kalangan di Indonesia.
Mei 2002. Sebagai anggota delegasi ASTO berkunjung ke Timor Timur, dalam rangka
perayaan Hari Kemerdekaan Timor Leste di Dili, yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2002.
Pada saat itu, telah bertemu kembali dengan sahabat-sahabat lama, antara lain : Mari
Alketiri (Perdana Menteri)i, Rogerio Lobato (Menteri Dalamnegeri), Roque Rodriguez
(Menteri Pertahanan), Jose Ramos Horta (Menteri Luarnegeri).
* * *
Sekarang, dalam kehidupan sederhana di Prancis, tetap berusaha untuk bisa berbuat
sesuatu untuk Indonesia. Masih berusaha terus untuk menulis, dan meneruskan
hubungan dengan berbagai kalangan di Indonesia, dalam rangka perjuangan bersama
untuk menegakkan demokrasi, membela HAM, dan ikut dalam gerakan untuk terus
mendorong adanya perobahan-perobahan demi kepentingan rakyat banyak

No comments:

Post a Comment